Sayyidina Umar Bin
Khoththob ra berkata “Sesungguhnya paling mengkhawatirkannya yang aku
khawatirkan dari umat ini adalah para munafiq yang berilmu”
Para sahabat bertanya
“Bagaimana orang munafiq tapi ia alim?”
Sayyidina Umar menjawab
“Mereka alim dalam lisannya tapi tidak dalam hati dan amaliahnya”
Dari Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda;
ﻣَﻦْ ﺗَﻌَﻠَّﻢَ ﻋِﻠْﻤًﺎ ﻣِﻤَّﺎ ﻳُﺒْﺘَﻐَﻰ ﺑِﻪِ ﻭَﺟْﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ ﻻَ ﻳَﺘَﻌَﻠَّﻤُﻪُ ﺇِﻻَّ ﻟِﻴُﺼِﻴﺐَ ﺑِﻪِ ﻋَﺮَﺿًﺎ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﺠِﺪْ ﻋَﺮْﻑَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ
“ Barangsiapa yang
mempelajari suatu ilmu (belajar agama) yang seharusnya diharap adalah wajah
Allah, tetapi jika ia mempelajarinya hanyalah untuk mencari harta benda dunia,
maka dia tidak akan mendapatkan wangi surga di hari kiamat.” (HR. Abu Daud no.
3664, Ibnu Majah no. 252 dan Ahmad 2: 338).
Rasulullah saw. bersabda:
« ﺃَﻻَ ﺇِﻥَّ ﺷَﺮَّ ﺍﻟﺸَّﺮِّ ﺷِﺮَﺍﺭُ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﻭَﺇِﻥَّ ﺧَﻴْﺮَ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﺧِﻴَﺎﺭُ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ »
Ingatlah, sejelek-jelek
keburukan adalah keburukan ulama dan sebaik-baik kebaikan adalah kebaikan
ulama. (HR ad-Darimi).
Abu Hurairah ra.
menuturkan hadis:
ﻣَﻦْ ﺃَﻛَﻞَ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ ﻃَﻤَﺲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻴْﻨَﻴْﻪِ ( ﺃَﻭْ ﻭَﺟْﻬَﻪُ ﻓﻲِْ ﺭِﻭَﺍﻳَﺔِ ﺍﻟﺪَّﻳْﻠَﻤِﻲْ) ﻭَﻛَﺎﻧَﺖِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ ﺃَﻭْﻟَﻰ ﺑِﻪِ
Siapa yang makan dengan
(memperalat) ilmu, Allah membutakan kedua matanya(atau wajahnya di dalam
riwayat ad-Dailami), dan neraka lebih layak untuknya. (HR Abu Nu‘aim dan
ad-Dailami).
Al Allamah Al-Minawi dalam
Faydh al-Qadîr Syarah Jami’ Shogir dari Imam Syuyuthi , mengatakan:
“Bencana bagi umatku
(datang) dari ulama sû’, yaitu ulama yang dengan ilmunya bertujuan mencari
kenikmatan dunia, meraih gengsi dan kedudukan. Setiap orang dari mereka adalah
tawanan setan. Ia telah dibinasakan oleh hawa nafsunya dan dikuasai oleh
kesengsaraannya. Siapa saja yang kondisinya demikian, maka bahayanya terhadap
umat datang dari beberapa sisi. Dari sisi umat; mereka mengikuti ucapan- ucapan
dan perbuatan-perbuatannya.
Ia memperindah penguasa
yang menzalimi manusia dan gampang mengeluarkan fatwa untuk penguasa. Pena dan
lisannya mengeluarkan kebohongan dan kedustaan. Karena sombong, ia mengatakan
sesuatu yang tidak ia ketahui.” ( Faydh al-Qadîr , VI/369.)
Karena semua itu, Hujjatu
Islam Imam al-Ghazali mengingatkan;
“Hati-hatilah terhadap
tipudaya ulama su’. Sungguh, keburukan mereka bagi agama lebih buruk daripada
setan. Sebab, melalui merekalah setan mampu menanggalkan agama dari hati kaum
Mukmin. Atas dasar itu, ketika Rasul saw ditanya tentang sejahat-jahat makhluk,
Beliau menjawab, “Ya Allah berilah ampunan.” Beliau mengatakannya sebanyak tiga
kali, lalu bersabda, “Mereka adalah ulama sû’ .”
Saat ini, adakah ulama su?
Sepertinya banyak yang bergelar ulama atau intelektual muslim, tapi berusaha
menjauhkan muslim dari Islam dengan menafsirkan al Quran dan as Sunnah
sekehendak nafsu mereka. Mereka menjilat ke penguasa dan menjadikan kaum kafir
sebagai karib -karibnya, naudzubillah hi mindzalik, Wallahua’lam. []
No comments:
Post a Comment